Senin, 02 Juni 2025

Tahura Lae kombih : Lintasan sejarah, konversi ,dan kearifan lokal

Sejarah Taman Hutan Raya (Tahura) Lae Kombih




Taman hutan raya (Tahura) Lae kombih adalah salah satu kawasan pelestarian alam di indonesia yang berlokasi di Kabupaten Dairi ,Provinsi Sumatera Utara . lebih tepatnya terletak di  Desa jontor, Kec penanggalan , Kota subulusssalam .  Kawasan ini ditetapkan sebagai Taman Hutan Raya  melalui surat keputusan menteri kehutanan ,  dan menjadi  salah satu beberapa tahura di Indonesia. dalam sejarahnya, masyarakat lokal yang berada di sekitar kawasan hutan ini , seperti masyarakat pakpak ,telah lama hidup berdampingan  secara harmonis dihutan.memanfaatkan hasil hutan Non- kayu  secara lestari ,serta mewariskan kearifan lokal  dalam menjaga kelestarian alam.

Nama" Lae Kombih" sendiri diambil dari Sungai yang mengalir dikawasan ini,yaitu Sungai Lae Kombih.Dalam bahasa pakpak "Lae" berati Sungai dan "Kombih " merujuk pada nama Wilayah setempat.Sungai ini  tidak hanya menjadi sumber air utama bagi ekosistem di sekitarnya ,tetapi juga memiliki nilai spritural dan budaya bagi masyarakat adat.

Pada  Dekade 1980-1990 -an, meningkatnya ancaman terhadap kawasan hutan ,seperti pembalakan liar (ilegal logging), Alih fungsi lahan ,  dan tekanan pemukiman, mendorong pemerintah untuk mengambil  langkah pelestarian yang kuat.Oleh karena itu, kawasan ini  Diusulkan sebagai Taman Hutan Raya, yang merupakan kawasan konversi dengan pengelolaan yang tidak  hanya untuk PERLINDUNGAN,TETAPI JUGA PENDIDIKAN ,PENELITIAN DAN PARIWISATA.
 

Penetapan Resmi 

Tahura Lae Kombih resmi ditetapkan sebagai kawasan konservasi berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 422/Kpts-II/1999 tanggal 15 Juni 1999, dengan luas kawasan mencapai 6.875 hektar. Penetapan ini dilakukan setelah melalui proses kajian ekologis dan sosial yang melibatkan berbagai pihak, termasuk Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara, pemerintah daerah Dairi, LSM lingkungan, dan tokoh masyarakat adat.
 Status Tahura berbeda dengan taman nasional; ia lebih menekankan pada fungsi pelestarian dalam skala regional, sambil membuka peluang lebih luas bagi pendidikan dan pariwisata berkelanjutan. Dengan status ini, Tahura Lae Kombih menjadi satu dari sedikit Tahura yang berada di Sumatera Utara, menambah pentingnya peran kawasan ini dalam konservasi ekoregion Bukit Barisan

Tujuan dan Fungsi

Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, Tahura memiliki tujuan utama sebagai berikut.

- Konversi ekosistem : Menjaga Keanekaragaman Hayati dan Ekosistem hutan Tropis  Sumatera termasuk perlindungan terhadap flora  dan fauna endemik. contohnya pada musim musim tertentu juga dijumpai tanaman Bunga Bangkai yang sangat langka yaitu  Rafflesia Arnoldi.








-Pendidikan Lingkungan : Menyediakan sarana pendidikan dan kesadaran lingkungan untuk pelajar, mahasiswa,dan masyarakat umum.

-Penelitian ilmiah: Menjadi lokasi penelitian  bagi ilmuan dalam berbagai bidang ,Termasuk Biologi, Ekologi ,dan ilmu kehutanan

-Pariwisata alam (Ekowisata) :Menawarkan pengalaman wisata berbasis alam , seperti arung jeram dan budaya secara berkelanjutan .

- Pelestarian budaya lokal : Menjaga nilai nilai budaya dan kearifan lokal masyarakat adat yang hidup di sekitar kawasan .

Potensi Ekologis

Tahura Lae Kombih merupakan bagian dari ekosistem hutan hujan tropis pegunungan yang kaya akan keanekaragaman hayati. Vegetasi utamanya meliputi berbagai jenis pohon tropis seperti Meranti (Shorea spp.), damar (Agathis spp.), rotan, dan bambu. Beberapa jenis anggrek hutan yang langka juga ditemukan di sini.

Satwa liar yang mendiami kawasan ini termasuk  Mamalia besar seperti:

-Harimau Sumatera (panthera tigris sumatrae) -spesies kritis yang sangat di lindungi.

- Monyet ,  Ular,

-Berbagai jenis burung seperti ; burung Rangkong, dan burung Endemik Sumatera.

Keberadaan fauna di kawasan ini menjadikan Tahura sebagai habitat penting untuk konversi  satwa liar.

Nilai Sosial dan Budaya

Masyarakat Pakpak dan kelompok etnis lain yang bermukim di sekitar kawasan Tahura memiliki ikatan kuat dengan hutan. Mereka memandang hutan bukan hanya sebagai sumber ekonomi, tetapi juga sebagai bagian dari identitas dan warisan budaya. Upacara adat, sistem pengetahuan lokal, dan praktik spiritual mereka sering melibatkan unsur-unsur alam seperti pohon besar, sungai, dan gua yang berada di dalam kawasan hutan.

Pengelolaan Tahura juga diarahkan agar melibatkan masyarakat lokal dalam kegiatan konservasi, dengan pendekatan co-management (pengelolaan bersama) antara pemerintah, masyarakat, dan lembaga swadaya masyarakat. Hal ini dimaksudkan untuk memperkuat rasa memiliki dan tanggung jawab masyarakat dalam menjaga hutan.

Perkembangan Terkini  dan Tantangan 

Dalam bebrapa terakhir , Tahura Lae Kombih mulai di kembangakan sebagai destinasi  Ekowisata dan Pendidikan lingkungan .jalur interpretatif,Rumah infiormasi konservasi,dan fasilitas wisata alam telah dibangun .Kegiatan seperti Tracking, Camping, Bird Watching dan edukasi lingkungan  menjadi dsya tarik utama.

Namun , Kawasan ini masih menghadapi sejumlah tantangan serius :

-Perambahan lahan :Tekanan terhadap batas kawasan  akibat pembukaan lahan untuk pertanian.

-Minimnya infrastruktur :  Aksesbilitas dan Fasilitas pendukung  masih perlu ditingkatkan.

-Pengelolaan yang terbatas : Keterbatasan Dana dan SDM dalam pengelolaan kawasan.

-Ancaman perubahan iklim: Mengancam kestabilan  Ekosistem dan Siklus Air

 Peran Strategis Ke depan   

Sebagai salah satu  Benteng terakhir  Hutan Tropis dibagian Barat Sumatera, TAHURA LAE KOMBIH memiliki peran  sangat strategis ,tidak hanya untuk Pelestarian alam ,tetapi juga untuk keberlanjutan Pembangunan Daerah.Kawasan ini dapat menjadi pusat Unggulan untuk :

- Edukasi Lingkungan dan Konversi ,
-Pariwisata hijau dan inklusif,
-Penguatan  Ekonomi masyarakat melalui hasil hutan Non- kayu ,
-Rehabilitasi ekosistem Hutan yang Rusak .

Dengan pengelolaan yang kolaboratif dan berkelanjutan, Tahura Lae Kombih  dapat menjadi model oleh pengelolaan kawasan konversi  di Indonesia yang berhasil menjaga keseimbangan  Antara konversi,Pendidikan, Budaya dan kesejahteraaan  masyarakat.


















































1 komentar: